Hidupku untuk belajar

HIDUPKU BELAJAR UNTUK MEMBINA DIIRI
(Makalah Lomba Khotbah. Solo, 21 Desember 2010)
oleh : STEFANUS GOUTAMA

I. PENDAHULUAN

Hidup ini adalah suatu anugerah yang kita terima dari TIAN. TIAN menghendaki dan berkenan kita terlahir ke dunia ini melalui perantara ayah dan bunda kita. TIAN memberikan kesempatan kepada kita untuk menjalankan ajaran NABI dan mengembangkan pancaran watak sejati yaitu benih-benih 5 kebajikan.
Adapun kelima benih kebajikan itu adalah :
Cinta kasih 
Cinta Kasih Merupakan perbuatan yang terjadi secara spontan yang timbul dari dalam hati nurani kita karena
kita tidak menginginkan seseorang atau mahluk hidup lain menderita. 
Kebenaran 
Sikap Kebenaran ini lebih menekankan kepada pola pikir kita di dalam kita melihat segala Sesuatu yang
benar maupun yang salah yang ada dalam hidup ini
Kesusilaan 
Kesusilaan menyangkut segala prilaku, perbuatan dan tutur kata kita sehari-hari. Kesusilaan yang menata
hubungan antar manusia dengan manusia disebut tata karma dan etika; dan kesusilaan yang menata hubungan
antar manusia dengan Tuhan adalah tata ibadah. Di dalam sebuah ayat Nabi Khongcu bersabda, 

“Yang tidak susila jangan dilihat, yang tidak susila jangan didengar, yang tidak susila jangan diucapkan, yang tidak susila jangan dilakukan”. 

Artinya segala sesuatu yang tidak susila, janganlah kita lihat, dengar, ucapkan, dan lakukan. Karena semua
hal yang tidak susila itu akan merugikan diri kita sendiri nantinya. Tetapi, bila setiap orang dapat berdisiplin
diri berteguh dalam kesusilaan ini tentunya sudah dapat mengendalikan diri dari segala nafsu-nafsu yang
datang dalam diri maupun dari luar diri.
  
Kebijaksanaan 
Benih keempat dari 5 kebajikan ini, merupakan suatu sikap yang dapat terwujud dari pengalaman hidup yang
ada di sekitar kita. “suka belajar itu mendekatkan kita kepada kebijaksanaan.” 
Adapun tingkatan kebijkasanaan itu adalah :
  1. Tingkat pertama : Orang yang sudah lahir sudah bijaksana.
  2. Tingkat kedua : Orang yang karena belajar sudah bijaksana. 
  3. Jadi jelaslah bahwa untuk mencapai kebijaksanaan itu tidak mudah harus melalui tahapan-tahapan dan memenuhi berbagai proses.  
Dapat Dipercaya.
 Sikap dapat dipercaya ini dapat diartikan seseorang tidak hanya percaya pada dirinya sendiri, melainkan harus dapat dipercaya oleh orang lain. Bagaimana untuk dapat mendapat kepercayaan dari orang lain? Yang harus dilakukan adalah ia harus menunjukkan moralitas yang baik dalam lingkungan dimana ia tinggal. Dan laksanakan dengan sungguh-sungguh disertai dengan tanggung jawab bila kita di berikan suatu tugas (kepercayaan) dari orang lain.
Sikap dapat dipercaya ini meliputi :
1. Berlaku jujur pada diri sendiri.
2. Ketulusan.
3. Keyakinan.

II. PENGERTIAN.
Di dalam konteks Agama Khonghucu belajar didefinisikan seperti ayat yang terdapat dalam kitab SU SI yaitu :

“Carilah engkau akan mendapatkannya. Sia-siakanlah maka engkau akan kehilangan”
(Bingcu VII A : 3)
Di dalam ayat tersebut jelas bahwa, di dalam kita belajar dan mencari ilmu haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh di dalam pelaksanaannnya. “Carilah” kata itu menunjukkan bahwa didalam belajar, mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan tidak hanya pada saat kita berada didalam lingkungan formal saja. Tetapi, dimanapun kita berada dan pada saat apapun kita pasti belajar.
Seperti sebuah kata-kata :
“Ilmu itu seperti udara, ia begitu banyak di sekeliling kita. Kamu bisa mendapatkannya dimanapun dan kapanpun”.
Dari kata-kata tersebut, ilmu itu diibaratkan seperti udara yang mampu kita dapatkan dimanapun dan kapanpun tergantung bagaimana kita mencari dan mendapatkannya. Kalau kita tidak mau berusaha untuk mencarinya tidak mampu untuk memanfaatkan kesempatan yang ada, tentu kita akan selalu berada di belakang dan akan kehilangan, lalu penyesalanlah yang akan terjadi.
Jadi cukup jelas bahwa di dalam belajar ini tergantung usaha , kemampuan kita sendiri untuk menjalankan dan memperoleh ilmu pengetahuan.

HIDUPKU BELAJAR UNTUK MEMBINA DIRI

Kehidupan ini kalau diibaratkan seperti sebuah roda, roda tersebut terus menerus berputar tanpa henti. Artinya melambangkan perubahan terus menerus. Sudahkah kita mencari arti hidup ini? Sudahkah kita mengetahui tujuan hidup kita? Siapa yang harus merubah hidupku? Kelihatannya pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena otomatis kehidupan kita, haruslah kita yang bertanggung jawab sendiri bukan orang lain.
Hidup ku untuk belajar, kata-kata itu sudah cukup untuk mengartikan hidup ini. Mengapa demikian? agar kita dapat menjadi mengerti akan makna kehidupan dan dapat mengetahui arah dan tujuan hidup kita didalam mencapai suatu cita-cita. Hidupku untuk belajar, hidup ini diartikan dengan belajar, belajar dan terus belajar. Baik itu belajar dari kesalahan,belajar untuk membina diri, belajar untuk memberi dan menerima, belajar untuk memaafkan dan masih banyak lagi hal yang dapat kita lakukan untuk kehidupan ini.

Suatu proses didalam hidup ini pun akan kita jalankan. Seperti ayat yang terdapat di dalam kitab SU SI :

Bingcu berkata, “Sun menjadi orang besar, mulai dari bekerja di tengah sawah. Hu-wat ketika diangkat ia sedang mengerjakan dinding rumahnya. Kau-kik ketika diangkat, ia sedang berdagang ikan dan garam. Kwan I-go ketika diangkat ia masih di penjara. Sunsiok Go ketika diangkat, ia sedang mengasingkan diri di suatu tepi laut. Pikli Hee ketika diangkat,ia sedang di pasar.
  1. “Begitulah Tuhan YME hendak menjadikan orang besar, lebih dahulu disengsarakan batinnya, dipayahkan urat dan tulangnya, dilaparkan badan dan kulitnya, dimiskinkan sehingga tidak punya apa-apa, dan digagalkan segala usahanya. Maka demikian diteguhkan watak sejatinya dan bertambah pengertiannya tentang hal-hal yang ia tidak mampu.
  2. “Kalau orang selalu menderita, ia tentu akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Kalau orang sudah banyak menderita dalam hatinya dan menanggung kesukaran dalam fikirannya, bahrulah ia akan bertindak benar-benar. (Begitupun dalam berbicara) kalau sudah disertai wajah yang sungguh dan suara yang tegas baharulah orang mau mengerti.
  3. “(Juga dalam suatu negara) kalau di dalam tidak ada para ahli hukum dan penasehat dan di luar tidak ada negara musuh atau bencana-bencana lainnya negara itu akan mengalami kemusnahan.
  4. “Jadi tahulah kita bahwa yang hidup itu berasal dari kepedihan dan penderitaan dan yang binasa itu karena hanya mau senang gembira saja.
(Bingcu VI B : 15)
Dari ayat yang terdapat didalam Kitab SU SI bagian kitab BINGCU : VI B : 15. begitu jelas makna yang tersirat dari ayat itu. Ternyata untuk mencapai suatu keberhasilan dan menjadi orang yang besar itu harus dimulai dari nol, dimulai secara bertahap, karena didalam hidup kita tidak akan pernah mendapatkan segala sesuatu secara cepat atau instan dan juga tidak seperti kita membalikkan telapak tangan kita.

Apakah Dq. pernah gagal? kita semua pernah merasakan kegagalan sebelum mencapai suatu keberhasilan. Bagaimana Dq. menghadapi kegagalan tersebut? Lari dan tidak berani menghadapinya lagi? Mengevaluasi diri dan mencari penyebab? Atau Dq. menyalahkan keadaan atau seseorang atau suatu kelompok sebagai penyebab.

Pernahkah Dq. membaca suatu biografi seseorang misalnya Wright bersaudara, Thomas Alfa Edison atau tokoh lainnya yang Dq. kenal. Mereka sering tidak sekali berhasil tetapi kadang harus melalui suatu jalan yang panjang dan terjal bahkan kadang jatuh bangun berkali-kali untuk mencapai suatu kata “SUKSES”.
Ada Pepatah mengatakan kegagalan adalah guru yang terbaik karena dari kegagalan kita banyak belajar untuk bangkit atau kegagalan adalah suatu proses dalam kehidupan ini. Berbagai respon yang ditunjukkan oleh kita dalam menghadapi kegagalan.
1. Mereka tidak sabar dan mengharapkan segera mendapatkan keuntungan atau kesuksesan.

2. Mencari alasan dan kadang mengkambinghitamkan orang lain.

Nabi bersabda “Hal memanah itu seperti sikap seorang kuncu. Bila memanahnya meleset dari bulan-bulannya, sipemanah berbalik mencari sebab-sebab kegagalan didalam diri sendiri.
(Tengah Sempurna : XIII : 5)
3. Mengulang perbuatan yang sama
Ada pepatah yang mengatakan bahwa sebodoh-bodohnya orang tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Namun demikian orang ini cukup bagus untuk meraih tujuannya. Sialnya orang ini kadang menggunakan pola yang sama tanpa mengubah strategi untuk mencapai tujuannya. Misalnya dalam sebuah permainan bola, kalau sebuah tim yang sudah kalah tanpa mau mengubah strategi maka kekalahanlah yang akan di dapat.

4. Merubah strategi dan bertindak
Belajar dari kesalahan adalah suatu perbuatan yang mulia. Semestinya inilah yang kita lakukan untuk terus instrospeksi diri. Setelah tahu kelemahan dan kekurangan diri kita maka kita harus cepat memperbaiki diri dan melakukan tindakan yang tepat.
Memahami dan menghayati bahwa belajar itu sendi utama kemanusiaan, maka membawa kita kepada suatu kesadaran bahwa tiap manusia mempunyai pokok untuk membina diri. Kitab Ajaran Besar bab utama : 6 menegaskan :
“Karna itu dari raja sampai rakyat jelata mempunyai satu Kewajiban yang sama, yaitu mengutamakan pembinaan diri sebagai pokok.”
(Ajaran Besar BAB UTAMA : 6)
Jadi setiap insan mempunyai kewajiban suci membina diri menegakkan firman, menggemilangkan kebajikan, mengamalkan sampai mampu, mencapai puncak baik menjadi insan susilawan, yakni insan yang jiwa dan perilakunya indah mulia boleh mencerminkan kebesaran dan kemuliaan Tuhan YME, kepadanya ridho Thian dan menerima berkah dan bimbingannya.
1.1 Tahapan Pembinaan Diri menurut kitab ajaran besar :
Dalam kitab Ajaran Besar tahapan pembinaan diri meliputi :
  1. Meneliti hakikat tiap perakara
  2. Mencukupkan pengetahuan
  3. Mengimankan tekad
  4. Meluruskan hati
  5. Membina diri
  6. Membereskan rumah tangga
  7. Mengatur negara
  8. Damai di dunia
2.1 Hal-hal yang harus dilakukan untuk pembinaan diri
1. Memeriksa diri
Yaitu usaha seseorang di dalam menilai kembali atas segala sesuatu perilaku yang telah diperbuat selama ini
2. Memperbaiki diri
Yaitu usaha seseorang untuk mengubah prilaku yang kurang baik menjadi baik dan yang sudah baik semakin baik
3. Mawas diri
Yaitu usaha seseorang untuk selalu berhati-hati di dalam mengarungi suatu penghidupan, sehingga tidak terjatuh ke hal-hal yang membuat dirinya menderita dan hancur.
4. Mengembangkan kebajikan dan mengendalikan nafsu-nafsu yang menggoda.

Kesimpulan :

Janganlah pernah berhenti didalam belajar, karena belajar adalah kunci sukses dalam kehidupan. Pacu terus semanngat didalam mempelajari ajaran nabi. Lawan rasa malas dan jemu didalam belajar karena itu merupakan pangkal kegagalan. Kalau kita tekun dan ulet suatu saat nanti kita kan dapat sesuatu yang berharga untuk kehidupan ini.
Janganlah membatasi diri kita dari segala hal yang baik. Yakinlah TIAN senantiasa membimbing, menyertai didalam setiap langkah kita .

Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, 
perbaharuilah terus tiap hari agar baharu selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar