Sembahyang Peringatan Hari Wafat Nabi Agung Kong Fuzi



Nabi, dikaulah Genta Rohani Penyadar hidup menempuh Jalan Suci. Kini kami berdiri diam, membuka hati kami untuk menerima kata-kata terakhir yang telah Nabi ucapkan lebih dari 24 abad yang lalu. Sabda Nabi seolah-olah masih terdengar walaupun sayup-sayup, terdengar nyanyian Nabi yang mengharukan :
'
.......Gunung Tai Shan runtuh
balok-balok patah, dan
selesailah riwayat Sang Budiman......'


Bila kami terus memasang telinga batin kami, terdengar pulalah suara Nabi yang penuh haru mengatakan :
........... 'Itulah kilin. Mengapa dikau telah menampakkan diri?
Selesailah kiranya perjalananku sekarang ini......'

O, kilin, yang dengan gembira menampakkan diri untuk menyambut kedatangan Sang Budiman, oleh kebodohan manusia, telah terbunuh! Suatu lambang bahwa Sang Budiman telah datang, namun tak dapat berbuat apa-apa waktu itu.
Nabi selesailah perjalanan Nabi, benar berakhirlah kehidupan Nabi di atas dunia ini lebih dari 24 abad yang lalu, akan tetapi Gunung Tai San tidak runtuh, melainkan tetap teguh dan megah, balok-balok tidak patah dan suara Nabi masih terdengar sampai kini, suara yang menyadarkan bagaimana hidup selaku manusia sejati dengan mengembangkan Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan, Kebijaksanaan dan Dapat dipercaya, Lima sifat kebajikan yang Tian firmankan.
Kini, rasa sayu pedih meliputi hati mengenangkan peristiwa wafat Nabi. Tetapi ini hanya menambah tekad kami untuk selalu hidup menurut petunjuk-petunjuk Nabi.
Dipermuliakanlah.

Sembah dan sujud ke hadirat Tian, semoga jauhlah hati dari segala kelemahan, dari keluh gerutu kepada Tian, dari sesal penyalahan kepada sesama, dapat tekun belajar hidup benar, dari tempat yang rendah ini menuju tinggi menempuh Jalan Suci. Teguhlah Iman, yakin Tian senantiasa Penilik, Pembimbing dan Penyerta kehidupan ini.
Shanzai.


Makna Hari Wafat Nabi Agung Kong Fuzi

Suatu hari, berburulah Pangeran Ai dari Negeri Lu bersama beberapa banyak pengikutnya. Dalam perburuan kali ini, terbunuhlah seekor hewan yang ajaib bentuknya, kepalanya bertanduk tunggal, tubuhnya seperti seekor kijang, bulunya sebagai sisik dan warnya kehijau-hijauan.

Pangeran maupun menteri-menterinya tak seorangpun mengetahui perihal hewan tersebut. Akhirnya Pangeran Ai teringat akan Nabi Kong Zi, maka dititahkan seorang utusan menjemput Nabi. Pangeran Ai memang sangat menghormati Nabi, serta banyak bertanya-tanya kepada beliau, hanya sayang bahwa Sang Pangeran tidak banyak melaksanakan Ajaran yang diterimanya itu.

Ketika itu Nabi Agung Kong Zi sedang menyelesaikan penyusunan kitab-kitab suci, yakni Kitab Wu Ching, yang terdiri atas Kitab Sanjak, Kitab Hikayat, Kitab Perubahan, Kitab Catatan Kesusilaan dan Kitab Hikayat Jaman Chun Chiu. Kecuali kitab-kitab tersebut sebenarnya masih ada pula Kitab Catatan Tentang Musik dan Kitab Bhakti.



Demi dilihatnya hewan yang terbunuh dalam perburuan itu, berserulah Nabi Agung Kong Zi dengan suara haru dan tangis,"... itulah kilin... Mengapa engkau menampakkan diri? Mengapa engkau menampakkan diri? Selesailah pulalah perjalananku sekarang ini..."
kemudian dinyanyikannya sebuah lagu : "Pada jaman Tong Giau dan Gi Sun, muncul pesiar kilin dn burung Hong. Kini bukan waktumu, apa yang hendak kaucari?
Kilin, Kilin, sungguh aku bersedih."
Semenjak saat itu Nabi mulai berpuasa dan bersuci diri, sambil cepat-cepat menyelesaikan penyusunan kitab-kitab suci.

Suatu hari Cu He melapor, bahwa di luar pintu Lo Twan ada sorot Cahaya Merah dan dari padanya nampak tulisan berbunyi : "Segera bersiaplah sudah tiba waktumu Nabi Kong Zi, dinasti Ciu akan musnah, bintang sapu akan muncul, kerajaan Chien akan bangkit dan terjadilah huru-hara. Kitab-kitab suci akan dimusnahkan, tetapi AjaranMu takkan terputuskan!"

Setelah melihat kejadian itu, maka disiapkan suatu upacara sembahyang dan diletakkan kitab-kitab suci yang telah beliau susun itu diatas meja sembahyang. Dikumpulkan semua murid-murid beliau. Mereka bersama menghadap ke arah Bintang Utara, serta bersabdalah beliau :
"Kini telah cukup Aku menjalankan perintah Tian bagi kemanusiaan, Akupun telah menyelesaikan kitab-kitab. Bila telah sampai waktuku, Aku telah sedia kembali keharibaan Tian."
Setelah selesai Nabi bersabda, maka nampaklah awan gelap disebelah Utara yang tak lama kemudian berganti dengan halimun putih, akhirnya telah buyar halimun putih itu, tampaklah pelangi dengan ke lima warnanya yang indah.

Sejak itu Nabi telah mengakhiri kegiatan duniawinya, dan pada suatu hari Nabi berjalan-jalan di halaman rumah sambil menyeret tongkat yang dipegang dibelakang punggungnya, terdengarlah Nabi menyanyi :
"Gunung Tai Shan runtuh, balok-balok patah dan selesailah riwayat Sang Budiman".

Cu Kong yang kebetulah datang dan mendengar nyanyian beliau itu, segera menyambut dengan nyanyian :
"Bila Tai Shan runtuh, apakah yang boleh kulihat? Bila balok-balok patah, dimana tempatku berpegang? Bila Sang Budiman gugur, siapakah sandaranku?"
Nabi segera memanggil Cu Kong dan bertanya, mengapa ia demikian terlambat datang. (Cu Kong sudah lama tidak berjumpa dengan Nabi karena menjalankan tugasnya.)
Nabi mengajaknya masuk dan setelah itu Cu Kong bertanya mengapa tadi Nabi bernyanyi yang demikian itu.
Nabi menjawab : "Semalam Aku beroleh penglihatan, duduk di dalam sebuah gedung di antara dua tiang rumah. Ini mungkin karena Aku keturunan Wangsa Ien. (Seorang keturunan Wangsa Ien bila meninggal dunia, peti jenazahnya disemayamkan di antara dua tiang rumahnya). Tidak ada raja suci yang datang, siapa mau mendengar AjaranKu? Kiranya sudah saatnya Aku meninggalkan dunia ini!"

Demikianlah sejak itu Nabi tidak keluar-keluar pula dan tujuh hari kemudian mangkatlah beliau, pulang kepada Cahaya Kemuliaan Kebajikan, Keharibaan Tian, Tuhan Yang Maha Esa kembali. Telah disempurnakan segenap tugas utusan dan Ajarannya, Firman Tian yang dipancarkan lewat sabda-sabdaNya, terus mengarungi jaman-jaman, memberi terang, kesadaran dan bimbingan bagi setiap manusia yang mau melihat, mendengar dan mengikutNya.

Nabi wafat dalam usia 72 tahun, yaitu pada tanggal 19 bulan 2 Imlek, tatkala Pangeran Ai dari Negeri Lu memerintah 16 tahun (479 Sebelum masehi)dan dimakamkan dengan sederhana di Kota Kiok Hu, dekat sungai Su Swi. Semoga Ajaran dan bimbingan Nabi memberi Iman dan kekuatan bagi kita sekalian. Dipermuliakanlah.
Shanzai.

Sumber : http://konfusiani.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar