Dasar Persembahyangan Dalam Agama Khonghucu

Oleh :
歐  陽  子  文
Bratayana  Ongkowijaya, SE, XDS



Hidup mungkin bisa terlalu pendek atau bahkan kelewat panjang, semua itu terkait bagaimana ‘nilai’ manusia mengisi kehidupan itu sendiri dan yang menjadi
tolok ukur mestinya bukan masalah panjang-pendeknya, melainkan bagaimana cara manusia menjalani hidup yang tentunya bukan tanpa makna sama sekali.

Agama (Khonghucu / Ru Jiao - 儒 教), memberi jawab sekaligus tuntunan pada umat manusia tentang hidup dan kehidupan insani, yang secara iman diyakini dari Dia Sang Khalik pemberi hidup dan kehidupan. Namun untuk sesuatu yang memang sudah tersedia ini, tetap saja dalam pencahariannya bisa berhasil juga bisa gagal.

Ini mungkin karena manusia yang adalah mahluk terunggul dari segala ciptaanNya, dalam segala kelebihannya --- dengan memiliki Watak Sejati (Xing - 性) sebagai Daya Hidup Rohani (Shen -  神) --- sering mengabaikan, namun lebih menuruti nafsunya sebagai Daya Hidup Jasmaninya (Gui - 鬼) dan itu justru menjadi kelemahannya, sehingga yang mestinya ‘mudah’ hidup dalam Jalan Suci (Dao - 道) seperti yang difirmankan oleh Tian (Tian Ming - 天 命), bisa menjadi ‘sulit’ dan ‘rumit’ dalam realita kehidupannya. 

Tian (天), atau apapun sebutan manusia kepadaNya adalah Dia yang menjadi ‘Dari & Kepada’ Nya ; sebagai Khalik semesta (Yuan - 元), yang menembusi dan menjalin segala (Heng - 亨), memberi dan memelihara dengan RakhmatNya (Li - 利), serta yang kekal dan kokoh dalam keberadaanNya (Zhen - 貞) ; adalah awal & akhir semuanya (Zhong Shi - 終 始).

Sebetulnya Sang Khalik telah memberi suatu keleluasaan dan kebebasan bagi manusia dalam mengisi hidupnya, yang dalam keleluasaannya tak lepas dari keterkaitan padaNya, dalam kebebasannya tak keluar dari keteraturanNya.

Untuk tetap dalam ‘koridor’, manusia harus selalu membina dirinya (Xiu Shen - 修 身), mengendalikan nafsunya (Gua Yu - 寡 欲) dan berani introspeksi (Gai Guo - 改 過).


天  命  之  謂  性  ;  率  性  之  謂  道  ;  修  道  之  謂  教

Firman  Tian  itulah  dinamai  Watak  Sejati
Hidup  mengikuti  Watak  Sejati  itulah  dinamai  menempuh  Jalan  Suci
Bimbingan  menempuh  Jalan  Suci  itulah  dinamai  Agama
(中  庸 Zhong Yong Bab Utama :  I)



大  學  之  道  ;  在  明  明  德  ;  在  親  民  ;  在  止  於  至  善

Adapun  Jalan  Suci  yang  dibawakan  Ajaran  Besar  ini,  ialah:
Menggemilangkan  Kebajikan  yang  bercahaya,  mengasihi  rakyat
dan  berhenti  pada  Puncak  Kebaikan
(大  學 Da Xue Bab Utama  :  I)


Dasar  Peribadahan  umat  Khonghucu :

祭  者 ,  教  之  本  也

Sembahyang / Ibadah ,  itulah  pokok / akar  daripada  agama
(禮  記 -  祭  統  Li Ji - Ji Tong :  XXII – 12)



是  故  賢  者  隻  祭  也
至  其  誠  信  與  忠  敬

Maka ,  Sembahyang / Ibadah  seorang  yang  bijaksana  berkebajikan  itu
dipenuhi  iman  (誠)  dan  kepercayaan  (信)
dengan  semangat  penuh  satya  (忠)  dan  hormat  sujud  (敬)
(Li Ji - Ji Tong :  XXII – 2)



孔  子  曰 :  君  子  有  三  畏
畏  天  命 ,  畏  大  人 ,  畏  聖  人  之  言

Nabi  Kongzi  bersabda :  Seorang  Junzi/Kuncu (Susilawan) memuliakan  tiga  hal
Memuliakan  Firman  Tian ,  Orang  Besar  dan  Sabda  Para  Nabi
(論  語  Lun Yu  :  XVI - 8)



夫  聖  王  之  制  祭  祀  也
法  施  於  民  則  祀  之
以  死  勤  事  則  祀  之
以  勞  定  國  則  祀  之
能  捍  大  患  則  祀  之

Berdasarkan  peraturan  para  ‘raja  suci’  (Sheng  Wang)  tentang  upacara  sembahyang;
Sembahyang  dilakukan  kepada  orang  yang  menegakkan  hukum  bagi  rakyat
Kepada  orang  yang  gugur  menunaikan  tugas
Kepada orang yang telah berjerih payah membangun kemantapan dan kejayaan negara
Kepada orang yang dengan gagah berhasil menghadapi serta mengatasi bencana besar
Dan  kepada  yang  mampu  mencegah  terjadinya  kejahatan / penyesalan  besar
(禮  記 -  祭  法 Li Ji - Ji Fa  :  XX – 9)



孔  子  曰 :
之  死  而  致  死  之 ,  不  仁  而  不  可  為  也
之  死  而  致  生  之 ,  不  知  而  不  可  為  也
...  神  明  之  也

Nabi  Kongzi  bersabda :
Terhadap orang yang telah mati, bila memperlakukannya benar-benar sama sekali sudah mati,  itu tidak berpri-cintakasih maka jangan dilakukan.
Terhadap orang yang sudah mati, memperlakukannya seperti benar-benar masih hidup,  
itu tidak bijaksana dan jangan dikerjakan ......  
Orang yang mati itu hendaknya diperlakukan sebagai Shen Ming (Makhluk  Rohani)   
(禮  記 -  檀  弓  Li Ji - Tan Gong :  III – 3)


Kesimpulan :

Dari tuntunan  ayat  suci  di atas yang  bersumber  dari  Kitab  Suci  agama  Khonghucu (Ru Jiao Jing Shu - 儒 教 經 書), yakni  四  書  五  經  (Si Shu dan Wu Jing), maka jelaslah mengapa umat Khonghucu melakukan ibadah terhadap leluhurnya (Spirit, 敬 天 尊 祖 - Jing Tian Zun Zu / Hormat akan Tian, menjunjung - memuliakan leluhur).

Dalam perkembangannya, ada orang-orang (setelah meninggal) yang karena Kebajikannya (keteladanan semasa hidupnya), membuat masyarakat luas yang merasakan ‘manfaat’ dari kebaikan tersebut juga melakukan ibadah (menghormat / menyatakan syukur) kepadanya. Bahkan karena begitu ‘besar’nya penghormatan itu, sampai-sampai bermigrasipun ‘dibawa’ (men-tradisi sampai anak-cucunya) dan akhirnya mendunia. Inilah yang kemudian menjadi Shen Ming yang kita kenal. Atas dasar iman yang sama, hal ini juga dilakukan oleh umat Khonghucu  dimanapun ia berada, termasuk di Indonesia, sehingga juga dikenal Shen Ming lokal (khusus-Indonesia).

Sumber : http://www.meandconfucius.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar